ff IBNU TAIMIYAH BERPAHAM MUJASSIMAH - aswajacity

IBNU TAIMIYAH BERPAHAM MUJASSIMAH

Add caption


Ibnu Taimiyah nama lengkapnya Ahmad Taqiyuddin bin Syihabuddin Abdul Mahasin Abdul Halim bin Syekh Majduddin Abil Barakat Adussalam bin Abi Muhammad Abdillah bin Abi Qasim al-Khadar bin Muhammad bin al-Khadhar bin Ali Abdillah.
Ahmad Taqiyuddin lahir di desa Heran, sebuah desa kecil di palestina pada tanggal 10 rabiul awal tahun 661 H. daerah Heran dari dulu dikenal daerah Kristen Shabiin dan daerah orang pandai-pandai, ahli filsafat yang selalu mempermainkan akal. Dia tinggal di desa itu sampai usia 7 tahun. Kemudian dia dibawa orang tuanya ke kota Damsyik(Syria) karena desanya di serang oleh kaum Tatari . Ahmad Taqiyuddin tinggal di Damsyik dari usia 7 tahun sampai meninggalnya tahun 724 H. dan hanya dua kali datang ke Mesir.
Ibnu Taimiyah dalam sejarahnya kemudian menjadi orang yang alim, banyak pengetahuannya dalam fikih mazhab Hanbali dan juga Ushuluddin. Biasa dia mengajar dan bertabligh di masjid Bani Umayyah di Damsyik dan mempunyai banyak murid.
Ada sebagian kalangan tidak mengakui Ibnu Taimiyah berpaham mujassimah. Itu hanya tuduhan yang dilontarkan oleh oknum-oknum yang tidak suka kepadanya. Oleh karena itu, kami akan memaparkan sebagian kecil pernyataan Ibnu Taimiyah yang menjisimkan  Allah dan nash-nash ulama aswaja untuk membuktikan bahwa Ibnu Taimiyah benar berpaham demikian dan bukan tuduhan yang tidak punya sumber.
Berikut ini nash-nash Kitab Ibnu Taimiyah
1.        Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, Juz III, (Maktabah: Majma’ Malik), Hal 52.
...فلو قال قائل : العرش فى السماء أم فى اللأرض ؟ لقيل فى السماء ولو قيل : الجنة فى السماء أم فى اللأرض ؟ لقيل الجنة فى السماء ... ولما كان قد استقر فى نفوس المخاطبين أن الله هو العلي الأعلى. وأنه فوق كل شيء كان المفهوم من قوله أنه في السماء, أنه فى العلو, وأنه فوق كل شيء
…Jika orang bertanya: apakah arasy itu berada di langit atau di bumi? Jawab: di langit. Dan jika ditanya: surga itu di langit atau di bumi? Dijawab: surga itu dilangit…manakala ini telah tetap dalam hati orang bahwa Allah tinggi lagi maha tinggi. Dan Allah di atas segala-galanya maka dipahami dari perkataan ibnu taimiyah adalah Allah berada di langit dan pada ketinggian dan Allah di atas segala sesuatu.
2.        Ibnu Taimiyah, Fatawa kubra, Juz VI, (Maktabah: Darul Kutub Ilmiah) Hal 345.
الوجه الثالث : قد قلت لهم قائل هذا القول إن أراد به أن ليس في السموات رب ولا فوق العرش إله. وأن محمدا لم يعرج به إلى ربه وما فوق العالم إلا العدم المحض فهذا باطل مخالف لإجماع سلف الأمة وأئمتها...الخ.
Sisi yang ketiga: telah saya katakan kepada mereka: orang yang mengatakan ini, bila maksudnya tidak ada tuhan di langit dan Allah bukan bertempat di arasy dan Nabi Muhammad tidak mi’raj kepada Allah, dan tiada sesuatupun di atas alam kecuali kekosongan semata. Maka pernyataan ini salah lagi menyalahi ijmak. Kata ibnu taimiyah
3.        Ibnu Taimiyah, Bayan Talbis Jahmiyah, Juz I, (Maktabah: Majma’ Malik), Hal 390.
والبارى سبحانه وتعالى فوق العالم فوقية حقيقة, ليست فوقية الرتبة كما أن التقدم على الشيء قد يقال إنه بمجرد الرتبة كما يكون بالمكان مثل تقدم العالم على الجاهل وتقدم الإمام على المأموم فتقدم الله على العالم ليس بمجرد ذلك بل هو قبلية حقيقة وكذلك العلو على العالم.
Allah berada di atas Arasy secara hakiki bukan tinggi martabat sebagaimana terdahului sesuatu barangkali dikatakan martabat,seperti terdahulu  orang alim atas orang jahil, terdahui imam dari makmum. Maka terdahului Allah atas alam bukan seperti itu akan tetapi qabliyah hakikiyah begitu juga ketinggian Allah atas alam.
4.        Ibnu Taimiyah, Fatawa kubra ibnu Taimiyah, Juz VI, (Maktabah: Darul Kutub Ilmiah), Hal 548.
الوجه الستون: إن قوله والرب واحد ومتصف بالوحدانية ومتقدس عن التجزؤ والتبعيض وقول ابن فورك لأن الرب متكلم واحد ونحو ذلك من أقوالهم التي يصفون فيها الرب بأنه واحد ويشعرون الناس أنهم بذلك موحدون وأن من خالفهم في ذلك فقد خالفهم في التوحيد وهي من أعظم أصول أهل الشرك والإلحاد التي أفسدوا بها التوحيد الذي بعث الله به رسله وأنزل به كتبه وإن كان هذا الأصل المحدث قد زين لهؤلاء ولغيرهم من أهل القبلة المسلمين وظنوا أنهم بذلك محسنون حتى سموا أنفسهم بذلك موحدين دون غيرهم ممن هو أحق بتوحيد الله منهم وحتى كفروا وعادوا المسلمين أهل التوحيد حقا وكانوا على الأمة أضر من الخوارج المارقين الذي يقتلون أهل الإسلام ويدعون أهل الأوثان وهؤلاء الكلابية
bagian yang ke enam puluh: pendapat tuhan satu , bersifat dengan wahdaniyah, bersih dari bagian bagian, dan pendapat ibnu faurak "sesungguhnya tuhan bersifat mutakalim yang esa" , dan perkataan perkataan mereka yang menyatakan ke esaan tuhan dan memberitahu orang lain bahwa dia yang bertauhid dan orang yang berbeda dengan mereka telah melenceng dalam ketauhidan itu termasuk sumber kesyirikan dan kekufuran yang amat besar,efeknya dapat merusak tauhid yang yang dibawa oleh  rasul  dan diturunkan kitab dengannya. walaupun pembicaraan ini menjadi hiasan bagi mereka dan muslimin yang lain. Mereka menduga dirinya orang yang baik sehingga menamakan dirinya sebagai ahli tauhid, golongan lain yang lebih berhak dengan ketauhidan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka.Mereka menganggap orang lain kafir kemudian dikembalikan kepada muslimin bertauhid yang benar, mereka lebih berbahaya terhadap umat daripada khawarij yang membunuh orang Islam dan mendukung penyembah berhala, mereka adalah anjing. Kata ibnu taimiyah
Berikut ini beberapa nash ulama Ahlus Sunnah Waljama’ah tentang Ibnu taimiyah:
1.      Mansur Muhammad, Ibnu Taimiyah Laisa Salafian, (Darun Nahzah al-Arabiah), Hal 73-74.
فإبن تيمية يرى بأن الأمر باعتقاد نفي الجهة والحيز عن الله حرام باطل. وأنه من أفعال الإئمة المضلين . وأنه أمر للناس أن يقولوا على الله ما لا يعلمون. فهو بهذا الناس قد نفى النفي للجهة والحيز. ونفى النفي اثبات.
Ibnu taimiyah berpandangan bahwa anggapan Allah tidak berjihat hukumnya haram lagi batil dan termasuk perbuatan para imam yang menyesesatkan dan memerintah orang lain untuk berkata kepada Allah apa yang tidak mereka ketahui. Dia itu telah menafikan tiada jihad bagi tuhan. Sedangkan meniadakan sesuatu yang tidak, sama dengan menetapkannya.
2.      Mansur Muhammad, Ibnu Taimiyah laisa salafian, (Darun Nahzah al-Arabiah),   hal 220-221.
ثانيا : ابن تيمية يزعم التركيب في ذات الله تعالي : ان ابن تيمية ينكر علي علماء التوحيد  تفسيرهم لمعنى الوحدانية فان من معاني الوحدانية وحدة الذات و لها معنيان :
1.    انه تعالي ليس له نظير في ذاته . ان الوحدانية تنفي وجود ذات اخري تماثل الذات العلية :
2.    كما انه تعالي ليست ذاته مركبة من اجزاء. ان الوحدانية تنفي التركيب في ذات الله تعالي . ان ابن تيمية ينكر المعني الثاني من تفسير وحدة الذات  وهو بمقتضي هذا يعلن الاتي : اثبات التركيب في ذات الله تعالي... اما عن انكاره ان من معاني الواحدة ان ذاته تعالي عير مركبة من اجزاء.
Kedua: ibnu taimiyah mendakwa zat allah tersusun dari beberapa bagian, dan ibnu taimiyah mengingkari para ulama tauhid atas penafsiran mereka tentang wahdaniah, sesunggguhnya sebagian dari makna wahdaniyah adalah esa pada zat, dan ia mempunyai dua makna:
a.          Zat allah taala tiada tandingan, wahdaniyah menafikan zat lain yang sama dengan zat allah.
b.         Dan jug zat allah taala tidak tersusun dari beberapa bagian, wahdaniyah menafikan susunan pada zat allah. Ibnu taimiyah tidak menerima makna yang kedua dari penafsiran esa pada zat. Secara tidak langsung ia mengumumkan: penetapan susunan pada zat allah.
3.      Ibnu Bathutah, Rahlah Ibnu Bathutah, Juz, I, (Maktabah: Akadimiyah Mamlikah al-Maghrabiyah), Hal 317.
وكنت اذ ذاك بدمشق فحضرته يوم الجمعة وهو يعظ الناس على منبر الجامع ويذكرهم فكان من جملة كلامه أن قال  إن الله ينزل إلى السماء الدنيا كنزولي هذا ونزل درجة من درج المنبر فعارضه فقيه مالكي يعرف بابن الزهرآء وأنكر ما تكلم به ألخ
Saya ketika itu sedang berada di Damsyiq, saya hadir di mesjid mendengar dia memberi pelajaran di hadapan umum di mimbar mesjid jami’. Banyak pelajaran diucapkan. Di antara perkataannya adalah: “Allah turun ke langit dunia serupa turunnya dengan turun saya ini”, lalu ia turun satu tangga dari tangga mimbar. pada ketika itu seorang ulama ahli fiqih madzhab Maliki bernama Ibnu Zahra’ membantah dia dan melawan ucapan-ucapan Ibnu Taimiyah.
            Dari nash-nash kitab di atas terbukti bahwa Ibnu Taimiyah dalam bidang aqidah jauh berbeda dengan ulama Ahlussunnah Waljamaah, Perbedaannya meliputi: Ibnu Taimiyah Menetapkan Jihat kepada Allah yaitu Allah itu bertempat di arasy. Dan Allah Berada di atas makhluk adalah Fauqiyah hakikiyah bukan fauqiyah martabat. Dan Ibnu Taimiyah tidak menerima makna penafsiran esa pada zat yaitu zat Allah tidak tersusun dari bagian-bagian. Berarti secara tidak langsung ia mengatakan: zat allah murakkab artinya zat Allah tersusun dari bagian-bagian seperti tangan, kaki dan sebagainya. Ibnu Taimiyah berpaham Mujassimah didukung oleh laporan Ibnu Batuthah. Beliau pernah mendengar langsung perkataan Ibnu Taimiyah saat memberi pelajaran di hadapan umum di mimbar mesjid jami’. Di antara perkataannya adalah: “Allah turun ke langit dunia serupa turunnya dengan turun saya ini”, lalu ia turun satu tangga dari tangga mimbar.
            Mengenai laporan Ibnu Bathuthah di atas sehingga menghukum Ibnu Taimiyah mujassimah, itu bukan data utama akan tetapi sebagai data pendukung. Data utama adalah perkataan-perkataannya yang terdapat dalam kitab dia sendiri yang kami kutib di atas.
Ibnu Taimiyah berselisih dengan jumhur ulama bukan saja pada permasalahan aqidah saja. Akan tetapi merambah bidang fikih yang jumlahnya tidak sedikit, di antaranya:
  1.  Suami berkata kepada isterinya علي الطلاق (lazim atasku talak). menurut Ibnu Taimiyah talak tidak jatuh akan tetapi suami dikenakan kafarah sumpah. Padahal tidak ada satu pun Ulama Ahlussunnah yang berpendapat seperti itu.
  2. Suami yang menalak isteri di saat haid (mentruasi) tidak jatuh talaknya. Begitu juga talak dalam masa suci dengan catatan telah melakukan hubungan badan.
  3. Meninggalkan shalat secara sengaja tidak wajib qadha.
  4.  Wanita yang sedang mentruasi dibolehkan tawaf di al-bait dan tidak dikenakan kafarah.
  5. Talak tiga jatuh satu, Ibnu Taimiyah sebelum mengeluarkan fatwa tersebut, sudah pernah menukil ijmak bahwa talak tiga jatuh tiga.
  6. Barang yang diambil dari harta tijarah (perniagaan) itu sudah dipadai untuk zakat meskipun bukan dengan nama zakat.
  7. Benda cair yang jatuh bangkai seperti tikus itu tidak bernajis.
  8. Orang yang sedang berhadas besar boleh mengerjakan shalat sunat diwaktu malam
  9. Syarat yang ditetapkan oleh si wakif (pelaku wakaf) itu tidak dii’tibar. (diterima) jika seseorang mewakaf sesuatu kepada seseorang yang bermazhab Syafi’i maka boleh menyalurkan kepada orang yang bermazhab Hanafi, begitu juga sebaliknya.
  10. Menyalahi ijmak tidak kufur dan tidak fasik.
  11. Zat Allah tersusun dari berbagai juzu’ (bahagian) dan zat Allah berhajat kepada beberapa bahagian tersebut seperti berhajatnys kull kepada juz’i.
  12. Al-Qur'an baharu pada zat Allah.
  13. Alam qadim dengan satu nok (bahagian)
  14. Allah berjisim (bertubuh), berjihat (ada arah), berpindah-pindah.
  15. Neraka fana.
  16.  Nabi Muhammad Saw tidak ada kehormatan dan tidak boleh tawassul dengannya.
  17. Para Nabiyullah tidak maksum (boleh salah).
  18. Musafir untuk menziarahi makam Nabi SAW merupakan maksiat dan tidak boleh mengqashar   shalat.
  19. Kitab taurat dan injil tidak diganti lafadnya akan tetapi yang diganti hanya maknanya.

واعلم أنه خالف الناس في مسائل نبه عليها التاج السبكي وغيره .
فمما خرق فيه الإجماع قوله في : علي الطلاق أنه لا يقع عليه بل عليه كفارة يمين ، ولم يقل بالكفارة أحد من المسلمين قبله ، وأن طلاق الحائض لا يقع ، وكذا الطلاق في طهر جامع فيه ، وأن الصلاة إذا تركت عمدا لا يجب قضاؤها ، وأن الحائض يباح لها بالطواف بالبيت ولا كفارة عليها ، وأن الطلاق الثلاث يرد إلى واحدة ، وكان هو قبل ادعائه ذلك نقل أجماع المسلمين على خلافه ، وأن المكوس حلال لمن أقطعها ، وأنها إذا أخذت من التجار أجزأتهم عن الزكاة وإن لم تكن باسم الزكاة ولا رسمها ، وأن المائعات لا تنجس بموت حيوان فيها كالفأرة ، وأن الجنب يصلى تطوعه بالليل ولا يؤخره إلى أن يغتسل قبل الفجر ، وإن كان بالبلد ، وأن شرط الواقف غير معتبر ، بل لو وقف على الشافعية صرف إلى الحنفية وبالعكس ، وعلى القضاة صرف إلى الصوفية ، في أمثال ذلك من مسائل الأصول مسألة الحسن والقبح التزم كل ما يرد عليها ، وإن مخالف الإجماع لا يكفر ولا يفسق ، وأن ربنا سبحانه وتعالى عما يقول الظالمون والجاحدون علوا كبيرا محل الحوادث تعالى الله عن ذلك وتقدس ، وأنه مركب تفتقر ذاته افتقار الكل للجزء تعالى الله عن ذلك وتقدس ، وأن القرآن محدث في ذات الله تعالى الله عن ذلك ، وأن العالم قديم بالنوع ، ولم يزل مع الله مخلوقا دائما فجعله موجبا بالذات لا فاعلا بالاختيار تعالى الله عن ذلك ، وقوله بالجسمية والجهة والانتقال ، وأنه بقدر العرش لا أصغر ولا أكبر تعالى الله عن هذا الافتراء الشنيع القبيح ، والكفر البراح الصريح ، وخذل متبعيه وشتت شمل معتقديه ، وقال : إن النار تفنى ، وأن الأنبياء غير معصومين ، وأن رسول الله ( صلى الله عليه وسلم ) لا جاه له ولا يتوسل به ، وأن إنشاء السفر إليه بسبب الزيارة معصية لا تقصر الصلاة فيه ، وسيحرم ذلك يوم الحاجة ماسة إلى شفاعته ، وأن التوراة والإنجيل لم تبدل ألفاظهما وإنما بدلت معانيهما اه .
Referensi: Ibnu Hajar al-Haitami, Fatawa Hadisiyah, (Surabaya: Imarah), hal 85.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " IBNU TAIMIYAH BERPAHAM MUJASSIMAH"

Posting Komentar